Skip to content Skip to footer

Jalan Panjang Sejarah Paskah: Empat Peristiwa Besar yang Berpengaruh pada Peringatan Terbesar Kedua dalam Kekristenan

kalamhidup.com – Hai, Sahabat. Tidak terasa kita akan segera berjumpa dengan Paskah 2024. Tentu banyak hal sudah dipersiapkan berkaitan dengan perayaan pada tahun ini. Paskah dengan berbagai perayaan dan pernak-perniknya telah menjadi perayaan terbesar kedua sesudah Natal dalam kekristenan. Even yang bermula dari perayaan bangsa Yahudi itu, ketika mereka terlepas dari perbudakan di Mesir, akhirnya menjadi titik balik yang sangat krusial dalam perjalanan sejarah kekristenan. Nah, Sahabat, tahukah kamu, apa saja peristiwa bersejarah yang memiliki kaitan erat dengan Paskah yang kita peringati pada saat ini?

Berikut adalah empat peristiwa besar yang berpengaruh pada peringatan terbesar kedua dalam kekristenan itu.

 

Penyaliban dan Kebangkitan Yesus Kristus – Paskah Pertama (ca. 30–33 M).

Peristiwa bersejarah yang berkaitan dengan Paskah yang pertama tentu adalah penyaliban Yesus Kristus dan kebangkitan-Nya. Faktanya, penangkapan, penyaliban, kematian, dan kebangkitan Yesus memang berbarengan dengan masa raya Paskah yang diperingati oleh orang-orang Yahudi, atau dapat kita sebut Paskah Yahudi.

(Baca Juga – Menilik Kembali Sejarah Paskah Yahudi Perjalanan Panjang dari Mesir Hingga ke Salib Kristus).

Sebagaimana diketahui, orang-orang Yahudi merayakan Paskah setiap tahunnya. Injil Lukas menyebutkan bahwa “tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah”. (Lihat Luk. 2:41; 22:7, dan Mat. 26). Paskah Yahudi adalah masa raya ketika orang-orang Israel memperingati pembebasan mereka dari perbudakan di tanah Mesir. Paskah Yahudi dirayakan pada hari ke-14 bulan Nisan (lihat Im. 23:4, Bil. 9:3–5; 28:16) dan berakhir pada hari ke-21. Selama seminggu itu, hanya roti tidak beragi yang boleh dimakan sehingga masa raya itu disebut juga hari raya Roti Tidak Beragi.

Perjanjian Baru menyebutkan bahwa Perjamuan Malam terakhir yang diadakan Yesus adalah makan malam untuk memperingati Paskah Yahudi pada malam tanggal 13 Nisan (bdgk. Luk 22:7–8, 13). Pada malam itulah Ia ditangkap di taman Getsemani. Keesokan harinya, Yesus disalibkan (tanggal 14 Nisan), yang bersamaan dengan penyembelihan domba Paskah Yahudi. Itu sebabnya, peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus akhirnya dirayakan sebagai Paskah Kristen karena orang-orang Kristen memaknai penyaliban Yesus sebagai pengorbanan sang Domba Paskah Agung untuk menebus umat manusia dari hukuman dosa-dosanya.

 

Pertobatan Kaisar Konstantin Agung (312 M).

Kepala patung marmer raksasa Kaisar Konstantinus Agung.

Kaisar Konstantin I adalah Kaisar Romawi yang memerintah pada 306–337 M. Selama masa krisis, Kekaisaran Romawi mengalami berbagai kesulitan: kekeringan, kelaparan, wabah, inflasi, dan serangan dari kaum barbar. Para jenderal Romawi saling berebut menguasai kekaisaran, menimbulkan perang saudara dan jatuh bangunnya “para kaisar barak” (penguasa yang silih berganti dipilih dan dijatuhkan militer Romawi).

Pada masa Kaisar Diocletian, ia akhirnya membagi kekaisaran menjadi dua: barat dan timur dengan dua kaisar yang memerintah bersama-sama. Ayah Konstantin I, Flavius Valerius Constantius, adalah penguasa di Kekaisaran Romawi Barat. Ketika Constantius tewas saat memerangi orang-orang Picts di Inggris, para jenderal langsung mengangkat Konstantin I sebagai pengganti sang ayah. Rival Konstantin I adalah Maxentius dan pasukannya. Mereka akhirnya berhadap-hadapan di Jembatan Milvian. Dalam pertempuran itu, Maxentius jatuh ke sungai dan tenggelam karena baju zirahnya yang berat. Akhirnya, Konstantin I menjadi penguasa tunggal Kekaisaran Romawi Barat.

Salib atau Kristus – Simbol Paskah yang di lihat Kaisar

Malam sebelum pertempuran, Konstantin berdoa memohon kemenangan. Entah dalam pelihatan entah mimpi, ia mendapat sebuah pelihatan yang bertuliskan “In Hoc Signo Vinces!” ‘Dengan tanda ini, raihlah kemenangan!’. Ada banyak perdebatan mengenai peristwa itu dan simbol apa yang dilihatnya. Namun, Eusebius, yang menjadi uskup istana setelah kaisar memeluk kekristenan, melaporkan bahwa simbol yang dilihat Konstantin adalah salib. Sementara Lactantius (penasihat dan pengajar anak-anak Konstantin) melaporkan bahwa yang dilihat adalah dua huruf: chi dan rho yang menjadi dua huruf pertama dari kata Kristus dalam bahasa Yunani.

Apa pun itu, menurut Konstantin, kemenangannya adalah anugerah dari Tuhannya orang Kristen. Hal itu pun menuntunnya pada pertobatan. Secara resmi ia disebut memeluk agama Kristen pada 312 M, meskipun menurut klaim, baru dibaptiskan menjelang kematiannya oleh Eusebius pada 337. Ia menjadi Kaisar Romawi pertama yang menyatakan diri bertobat dan memeluk kekristenan. Terlepas dari kesungguhan pertobatannya –yang masih menjadi perdebatan para sejarawan, Konstantin I atau lebih dikenal sebagai Konstantin Agung akhirnya menjadi figur yang membawa dampak besar bagi kekristenan. (Lihat worldhistory.org – Constantines Conversion to Christianity.)

 (Buku Referensi: PENOLONG YANG TIDAK TERLIHAT)

Maklumat Milan – Pemutusan Persekusi Terhadap Umat Kristen (313 AD)

Maklumat Milan yang dikeluarkan pada 313 M, setahun setelah pertobatan resmi Kaisar Konstantin I, merupakan maklumat yang memerintahkan untuk memperlakukan orang Kristen di Kekaisaran Roma dengan baik. Sebagaimana diketahui, monoteisme ketat yang dianut oleh orang-orang Yahudi dan Kristen telah menimbulkan kesulitan pada kehidupan mereka di wilayah Romawi yang kental dengan politeisme. Penekanan Judeo-kristiani akan Yahweh sebagai satu-satunya Tuhan, sementara ilah-ilah yang lain adalah palsu, tidak berkesesuaian dengan sistem keagamaan orang-orang Romawi yang melihat diri mereka sebagai penguasa dunia yang menyembah banyak dewa. Penolakan orang-orang Kristen untuk ikut menyembah para dewa resmi negara dan untuk membayar pajak orang Yahudi dianggap sebagai ancaman bagi agama dan negara. Hal itu akhirnya memicu timbulnya persekusi terhadap mereka.

Maklumat Milan itu akhirnya menandai berakhirnya perlakuan buruk terhadap orang-orang Kristen. Maklumat tersebut keluar sebagai hasil dari kesepakatan antara Kaisar Konstantin I dengan penguasa wilayah Balkan, Licinius, ketika mereka bertemu di Milan. Dua tahun sebelumnya, Kaisar Galerius (pendahulu ayah Konstantin I) juga telah mengeluarkan Maklumat Serdica, yang berisikan pernyataan toleransi terhadap orang-orang Kristen, yaitu penerimaan atas agama dan praktik keagamaan mereka dalam Kekaisaran Romawi (religio licita).

Salah Satu peristiwa besar yang mempengaruhi kebebasan aktivitas keagamaan Kristiani, termasuk Paskah
Tanda pengingat terjadinya penganiayaan sebelum Maklumat Milan dikeluarkan.

 

Perdebatan

Meskipun motif dan ketulusan Konstantin I mengeluarkan maklumat tersebut masih diperdebatkan oleh para sejarawan, keluarnya Maklumat Milan itu dianggap sebagai tindakan besar pertama Konstantin I, setelah ia menyatakan pertobatannya. Walaupun demikian, Maklumat Milan tidak menjadikan agama Kristen sebagai agama negara Kekaisaran Romawi. Maklumat Milan dan Maklumat Serdica, sebagai pendahulunya itu, memberikan orang-orang Kristen di seluruh wilayah kekaisaran toleransi dan izin untuk beribadah. Kekristenan akhirnya diterima sebagai satu dari ribuan kultus lokal yang ada di seluruh wilayah kekaisaran Romawi. (Lihat wikipedia.org – Edict of Milan.)

Pada 27 Februari 380,  barulah Maklumat Tesalonika diterbitkan. Maklumat yang diterbitkan Theodosius I (ca. 379–395) itu menjadikan kekristenan hasil konsili Nikea sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi. Aliran-aliran kekristenan lain, seperti arianisme, dinyatakan sesat dan penganutnya diancam dengan hukuman berat . (Lihat wikipedia.org – Edict of Thessalonica.)

 

Konsili Nikea – Asal-usul kenapa Paskah itu Hari Minggu (325 M).

Konsili Nikea adalah konsili para uskup Kristen yang diadakan pada tahun 325 M di Kota Nikea (sekarang menjadi Iznik, Turki) atas usul dari Kaisar Konstantin I. Itulah tindakan terbesar keduanya setelah mengumumkan memeluk agama Kristen. Tujuan utama diadakan konsili tersebut adalah untuk mencari penyelesaian atas berbagai masalah kristologis yang berkaitan dengan hakikat ketuhanan Anak Allah dan kaitannya dengan Allah Bapa (lihat wikipedia.org – First Council of Nicaea.) Kaisar Konstantin Agung mengundang semua uskup dalam Kekaisaran Romawi (kira-kira 1.000 uskup di kawasan barat dan 800 uskup di kawasan timur). Namun, hanya sedikit yang memenuhi undangan. Uskup Eusebius sendiri memperkirakan hanya ada sekitar 250 orang yang hadir.

Selain menelurkan Pengakuan Iman Nikea dan menyelesaikan kontroversi arianisme, Konsili Nikea juga menetapkan Paskah Kristen. Sebagaimana diketahui, orang-orang Kristen telah merayakan Paskah sejak jemaat yang mula-mula. Ibadah Sabat digeser ke hari Minggu karena Kristus bangkit pada hari itu. Bahkan, orang-orang biasa dibaptiskan pada hari Paskah. Namun, pada abad kedua, mulai timbul perdebatan tentang kapan kebangkitan Kristus harus dirayakan. Sebagian besar gereja merayakannya pada Minggu yang terdekat dengan Paskah Yahudi. Perdebatan timbul ketika ada dua Minggu yang berdekatan. Gereja-gereja di Asia Kecil biasa merayakan kebangkitan Kristus bertepatan dengan Paskah Yahudi, sekalipun jatuhnya bukan pada hari Minggu. Adapun di Roma, jemaat-jemaat merayakan Paskah pada tanggal yang berbeda-beda. Itu sebabnya, setelah tiga abad, akhirnya gereja berupaya membakukan perayaan-perayaan kristiani.

Ironi Kaisar tentang Paskah

Ironisnya, Kaisar Konstantin sendiri tidak mau Paskah Kristen dirayakan berbarengan dengan Paskah Yahudi. Menurutnya, seorang Kristen “seharusnya tidak menyerupai para pembunuh Tuhan kita” (suatu bentuk ketidaksukaan kepada orang-orang Yahudi, yang mengabaikan fakta bahwa penyaliban Kristus dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Romawi). Akhirnya, Konsili Nikea menetapkan bahwa Paskah Kristen harus dirayakan pada hari Minggu dan tidak boleh berbarengan dengan Paskah Yahudi. Minggu yang dipilih adalah Minggu setelah malam purnama pertama sesudah ekuinoks musim semi. Artinya, perayaan Paskah akan selalu jatuh antara 22 Maret dan 25 April. (Lihat christianity.com.)

Dalam sepucuk epistola yang dialamatkan kepada jemaat di Aleksandria, kesepakatan itu dijabarkan secara sederhana sebagai berikut.

“Kami juga menyampaikan kepadamu kabar baik ketetapan yang berkaitan dengan Paskah suci, yang mana permintaan doamu terkait dengan hal itu juga telah dijawab. Semua saudara di Timur yang hingga saat ini mengikuti amalan orang-orang Yahudi mulai dari sekarang harus mengikuti amalan orang-orang Kristen Roma, yang juga adalah amalan kamu sendiri, dan amalan kami semua yang sedari dulu merayakan Paskah bersama-sama dengan kamu.“ (Lihat ccel.org.)

Simpulan

Demikianlah empat peristiwa sejarah besar, yang akhirnya membawa Paskah Kristen yang kita rayakan pada saat ini. Peringatan akan kematian dan kebangkitan Kristus itu akhirnya menemukan bentuk bakunya, tiga abad setelah orang-orang Kristen yang dipersekusi berjalan beriringan dengan tradisi Paskah orang-orang Yahudi. Ironisnya, di pembakuan terhadap perayaan Paskah Kristen itu terlihat pula tanda-tanda sikap anti-Yahudi di antara orang-orang Kristen yang akan menguat pada abad-abad berikutnya.

 

Faisal Zakaria

Sampaikanlah Pendapatmu...
+1
0
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Leave a comment

Verified by MonsterInsights