Skip to content Skip to footer

Menilik Kembali Sejarah Paskah Yahudi: Perjalanan Panjang dari Mesir hingga ke Salib Kristus

Sejarah Paskah Yahudi –Sering Diabaikan dan Terlupakan

Sejarah Paskah Yahudi, Paskah. Sebentar lagi Paskah tiba! Itulah momen ketika kita merayakan kebangkitan Yesus Kristus pada Minggu pagi, setelah beberapa hari sebelumnya Ia ditangkap, diadili, disiksa, disalibkan, dan dikuburkan setelah mati pada hari Jumat Agung. Itulah perayaan kristiani terpenting dan terbesar karena berkaitan dengan momen paling sakral dalam kehidupan Yesus Kristus, ketika Dia menggenapi karya penebusan-Nya di kayu salib.

Sayangnya, penyederhanaan definisi dan kurangnya literasi di kalangan awam (baik Kristen dan non-Kristen) sering menjadikan Paskah dikaitkan semata-mata dengan perayaan kebangkitan Yesus Kristus. Nyatanya, Paskah sudah dirayakan orang-orang Yahudi jauh sebelum kebangkitan Yesus Kristus. Dalam Injil Lukas disebutkan bahwa “tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah”.

Yesus pun ditangkap di Taman Getsemani, tidak berapa lama setelah Ia mengadakan perjamuan terakhir Paskah bersama dengan para murid-Nya. Demikianlah, Paskah punya perjalanan sejarah yang panjang. Sebelum ada Paskah Kristen, sudah ada Paskah Yahudi, dan sejarah Paskah Kristen berakar kuat pada sejarah Paskah Yahudi.

(Lihat Lukas 2:41, Luk. 22:7, Mat. 26.)

Sejarah Paskah Yahudi –Awal Mulanya

Guliran roda sejarah Paskah Yahudi memilik jejak yang panjang. Kita dapat merunutnya hingga ke masa 3.000 tahun yang lalu, 13 abad sebelum kelahiran Kristus. Pada waktu itu, keluarga besar Yakub (Israel) yang diboyong oleh Yusuf, putranya, untuk tinggal di tanah Mesir, akhirnya semakin banyak dan berkembang menjadi kaum yang besar.

Sayangnya, ketika seorang firaun yang jahat berkuasa, keberadaan bangsa yang besar dan teberkati di tanah asing itu akhirnya dianggap sebagai ancaman. Jasa-jasa Yusuf yang meluputkan Mesir dari bencana kelaparan terlupakan.

Ada kekhawatiran bahwa para pendatang Israel itu akan mendominasi dan mengambil alih Mesir. Akhirnya, dimulailah perlakuan buruk dan diskriminatif terhadap orang-orang Israel, yang bermuara pada perbudakan dan upaya genosida sistematis pertama terhadap kaum itu (perintah pembunuhan atas bayi laki-laki Israel yang baru lahir).

Namun, Tuhan tidak tinggal diam. Ia punya rencana pelepasan bagi bangsa Israel –roda sejarah Paskah Yahudi mulai digulirkan! Salah seorang perempuan Israel melarung bayinya yang baru lahir dalam keranjang ke Sungai Nil. Berkat pemeliharaan Tuhan yang ajaib, bayi itu ditemukan oleh putri Firaun, yang menyelamatkannya dari air dan mengadopsinya.

Demikianlah, Musa –begitu bayi itu dinamakan– akhirnya tumbuh dewasa menjadi pangeran di istana Firaun, di antara orang-orang Mesir yang tadinya hendak memusnahkan kaumnya. Ia tahu benar siapa dirinya –kecintaannya kepada kaumnya tidak pernah pudar. Ia sadar dirinya orang Israel dan mengasihi bangsanya, bangsa Israel. Sayangnya, Musa akhirnya membunuh seorang Mesir yang didapatinya sedang menyiksa seorang budak Israel –suatu tindakan yang mendatang konsekuensi yang berat bagi Musa.

Sang pangeran pun kini menjadi pelarian. Ia lari ke negeri Midian dan akhirnya berkeluarga serta menetap di sana, hidup sebagai penggembala ternak milik mertuanya. Di tanah Midian itu, Tuhan datang kepada Musa secara ajaib, memanggilnya dan mengutusnya untuk menyelamatkan bangsa Israel.

Musa sang pelarian kini diutus untuk kembali ke Mesir menjadi penyelamat bagi bangsanya yang masih hidup dalam cengkeraman perbudakan, membawa keluar dan memimpin mereka ke tanah yang dijanjikan Tuhan. Roda sejarah Paskah Yahudi kini bergulir semakin cepat!

Musa kembali ke Mesir, kali ini sebagai perwakilan kaumnya, bangsa Israel. Permintaan pun di sampaikan kepada Firaun agar mengizinkan bangsa Israel pergi untuk mengadakan perayaan di padang gurun. Secara logis, Firaun menaruh curiga pada dalih itu. Ia pun menolak mengizinkan bangsa itu pergi.

Kekerasan hati Firaun itu memaksa Tuhan mengirimkan berbagai tulah ke atas Mesir. Selama tulah-tulah itu berlangsung, Tuhan menunjukkan pemeliharaan-Nya dengan meluputkan orang-orang Israel secara ajaib. Namun, Firaun tetap mengeraskan hati dan menolak membebaskan orang-orang Israel. Akhirnya, datanglah tulah yang kesepuluh, tulah terakhir yang akan membuat Firaun berubah pikiran dan bersedia membiarkan bangsa Israel pergi.

(Lihat Kel. 1–11.)

Sejarah Paskah Yahudi –Tuhan Melewatkan Bangsa Israel

Sikap Firaun menjadi penentu dalam sejarah Paskah Yahudi. Karena kekerasan hati Firaun, tulah yang terakhir itu akan menghantam dengan sangat keras dan dahsyat. Tuhan akan “berjalan dari tengah-tengah Mesir” dan membunuh tiap-tiap anak sulung, termasuk anak-anak sulung binatang.

Bangsa Israel akan diluputkan dari bencana itu. Namun, mereka harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan Tuhan. Empat hari sebelum keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir, setiap keluarga atau beberapa keluarga kecil diwajibkan menyisihkan seekor anak domba (boleh juga kambing) jantan dan merawatnya sedemikian rupa sehingga layak untuk dikorbankan pada waktu yang ditentukan.

Hari yang menentukan dalam sejarah Paskah Yahudi itu tiba, dan pada waktu senja, seluruh umat Israel berkumpul dan menyembelih domba-domba yang sudah disiapkan itu. Darah domba-domba sembelihan itu diambil sedikit dan dibubuhkan ke kedua tiang pintu dan ambang atas rumah-rumah keluarga Israel yang memakannya. Mereka harus memasak dagingnya dan segera menghabiskannya malam itu juga. Mereka harus memakannya dalam keadaan siap untuk pergi.

Demikianlah yang terjadi dalam sejarah Paskah Yahudi. Pada malam itu, Tuhan meluputkan anak-anak sulung Israel dari wabah. Maut yang mencabut nyawa anak-anak sulung Mesir melewatkan anak-anak sulung Israel. Itulah paskah yang pertama, kelepasan yang pertama, ketika bangsa Israel akhirnya dapat meninggalkan Mesir pada malam ketika dukacita meliputi bangsa yang kehilangan seluruh anak sulungnya, mulai dari anak sulung di istana Firaun hingga anak sulung binatang-binatang yang ada di negeri itu.

Kira-kira seminggu kemudian, di tepi Laut Teberau, mereka diluputkan dari orang-orang Mesir yang berubah pikiran dan hendak menangkap mereka kembali. Para pengejar mereka itu dimusnahkan dengan pertolongan yang dahsyat dan ajaib dari Tuhan.

Bangsa Israel dilewatkan dari tulah maut dan perbudakan! Dari situlah muncul istilah pesach atau passover atau paskah, yang mengacu pada Tuhan yang ‘melewatkan’ atau ‘melalui’ rumah-rumah orang Israel selama menjalankan tulah yang terakhir atas bangsa Mesir.

(Baca Kel. 12.)

Sejarah Paskah Yahudi dan Nilai Pentingnya bagi Paskah Kristen

Setelah menilik kembali sejarah Paskah Yahudi tersebut, tentu kini kita bisa mengerti mengapa Paskah juga menjadi suatu momen yang penting bagi orang Kristen. Kita juga bisa mengerti kecondongan orang-orang Kristen pada hal-hal tertentu yang sering menjadi pertanyaan:

Mengapa Yesus Kristus sering dilambangkan sebagai sang Anak Domba? Mengapa kematiannya yang terjadi pada masa raya Paskah Yahudi begitu disakralkan oleh para pengikut-Nya? Mengapa ada keterikatan kuat pada darah-Nya yang tercurah; kenapa harus darah? Mengapa kebangkitan-Nya diidentikkan dengan kelepasan atau keluputan?

Dengan memahami sejarah Paskah Yahudi, kini semua itu menjadi semakin masuk akal bagi kita. Kritik-kritik pada unsur-unsur tertentu dari Paskah Kristen yang kerap disuarakan oleh kalangan non-Kristen juga terjawab dengan sendirinya. Jelas, ada dasar yang kuat, histroris, dan alkitabiah di balik Paskah Kristen, yang merujuk pada sejarah Paskah Yahudi.

Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa sejarah Paskah Kristen mendapati dasarnya yang kuat dari sejarah Paskah Yahudi. Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang disembelih dan dicurahkan darah-Nya untuk melewatkan seluruh umat manusia dari maut yang ditimbulkan oleh dosa-dosa dan pelanggaran mereka. Dialah penggenapan dari ritual simbolis yang dijalankan umat Israel di Mesir ketika mereka dilewatkan Tuhan dari tulah maut dan dimerdekakan selamanya dari perbudakan. Paskah Kristen adalah penggenapan dari Paskah Yahudi!

 

Sumber-sumber:

Edison, F. Thomas. 2020. Kitab Pentateukh (Sefer Hattora): Deskripsi, Peta Konsep, Tema dan Isi Ringkas, Inti Pemberitaan, Tujuan,  serta Implementasinya dalam Kehidupan. Bandung: Kalam Hidup.

Guthrie, Donald. 1983. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1: Kejadian–Ester. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Greidanus, Sidney. 2009. Preaching Christ from The Old Testament (Mengkhotbahkan Kristus dari Perjanjian Lama): Sebuah Metode Hermeneutik Kontemporer. Bandung: Kalam Hidup.

Kunz, Marilyn dan Catherine Schell. t.t. Matius –Bagian 1. Bandung: Kalam Hidup

Ladd, George Eldon. 2017. Teologi Perjanjian Baru: Jilid I & II. Bandung: Kalam Hidup.

Lang, J. Stephen. 2018. Apa dan Siapa dalam Alkitab (Edisi Kedua, Cetakan Pertama). Bandung: Kalam Hidup.

Van de Walle, Bernie A. 2020. Hakikat Injil: A.B. Simpson, Injil Empat Berganda, dan Teologi Injili Abad ke-19. Bandung: Kalam Hidup.

Walker, Peter. 2015. Jesus and His World. Bandung: Kalam Hidup.

Wenham, David. 2019. Dari Kabar Baik Menjadi Kitab-kitab Injil; Apa yang Diberitakan Orang Kristen Mula-mula tentang Yesus. Bandung: Kalam Hidup.

Wiersbe, Warren W. 2012. Loyal di Dalam Kristus: Mengikut Raja Segala Raja (Seri Tafsiran Matius). Bandung: Kalam Hidup

 

https://en.wikipedia.org/wiki/Passover

https://tirto.id/sejarah-paskah-yahudi-dan-bedanya-dengan-paskah-kristen-dmJG

https://sabda.org/

 

~ Faisal Z

Sampaikanlah Pendapatmu...
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Leave a comment

Verified by MonsterInsights