Unsur pertama dalam menyusun khotbah adalah menentukan judul dan tema khotbah. Hal ini penting agar maksud dan tujuan khotbah terarah sehingga isinya pun bisa menjadi magnet dan jemaat antusias mendengarnya hingga selesai. Unsur kedua adalah pendahuluan atau pembukaan Khotbah. Umumnya, khotbah memunyai tiga rangkaian, yaitu pendahuluan atau pembukaan, lalu isi atau bagian tengah, dan terakhir adalah simpulan atau penutup. Pendahuluan yang baik akan menjadi daya tarik dari khotbah yang disampaikan. Melalui pendahuluan yang menarik, perhatian jemaat dapat diikat dan ini dapat menggungah hati/fokus jemaat terhadap khotbah hingga selesai. Unsur ketiga adalah isi khotbah. Yang harus diperhatikan pada bagian ini adalah bagamana isi/alur khotbah berkembang dari satu bagian ke bagian lainnya secara runtut. Ini penting agar maksud atau pesan yang mau disampaikan menjadi satu rangkaian yang utuh dan jelas.
Empat Kata Bantu
Dalam menguraikan isi khotbah ada empat kata bantu yang bermanfaat digunakan. (1) Apa? Apa yang mau diuraikan dan bagaimana menjawab pertanyaan apa tersebut. (2) Mengapa? Pada bagian ini pengkhotbah perlu berpikir cerdas, mengatur dengan baik, dan menyusun dengan rapih semua narasi untuk menjawab pertanyaan apa dan mengapa tadi. 3) Bagaimana? Bagian ini menjelaskan apa kelanjutannya setelah apa dan mengapa yang telah dijelaskan sebelumnya, artinya bagaimana caranya hal itu harus diterapkan dalam kehidupan nyata. Misalnya, mengapa seseorang perlu dipenuhi Roh Kudus, maka jawabannya adalah harus menjelaskan langkah-langkah bagaimana seseorang dipenuhi Roh Kudus. (4) Apa akibatnya? Bagian ini menjelaskan apa akibat dari apa, mengapa,dan bagaimana untuk menjadi dasar konklusi dari sebuah khotbah.
Unsur keempat, adalah penutup khotbah. Penutup khotbah adalah bagian terpenting dari rangkaian sebuah khotbah. P.H. Pouw mengatakan, “hasil khotbah terletak pada lima menit terakhir yaitu dalam simpulan khotbah” yang disebutnya sebagai “suatu bantingan yang terakhir dalam pergulatan” (P.H. Pouw, 2020:63). Ungkapan ini tepat sekali, karena tidak sedikit manusia yang bertobat dan diselamatkan karena kata-kata terakhir dari sebuah khotbah yang diurapi oleh Roh Kudus. Demikian juga banyak jiwa yang terjangkau oleh tangan pengasihan Tuhan karena menerima undangan atau ajakan yang diberikan dalam simpulan sebuah khotbah.
Apa yang diuraikan di atas hanyalah sebagian dari unsur-unsur dasar dalam ilmu berkhotbah. Harus diakui hingga kini homiletik (ilmu berkhotbah) terus berkembang secara dinamis dengan metode-metode baru yang relevan dengan konteks zaman. Namun, apa yang telah dipaparkan diharapkan dapat menjadi referensi yang berguna untuk membantu dan meningkatkan kualitas sebuah khotbah.