Skip to content Skip to footer

DOCTUS CUM LIBRO

Menjadi Pandai Karena Buku

Huruf disusun menjadi suku kata, suku kata disusun menjadi kata, kata-kata disusun menjadi kalimat, kalimat-kalimat disusun menjadi paragraph, paragraph-paragraf disusun menjadi bab, bab-bab disusun menjadi buku, buku-buku disusun dan dikumpulkan menjadi perpustakaan. Melalui perpustakaanlah warisan dunia, pengetahuan dan kebudayaan disimpan berabad-abad menjadi monumen kehidupan yang abadi. Pepatah Latin berkata “Doctus Cum Libro”, artinya menjadi pandai karena buku. Buku sejak berabad-abad telah ditulis oleh orang-orang jenius pada bidangnya dan pada zamannya. Semua orang pandai dan orang terkenal di dunia selalu lebih banyak membaca buku. Para pemimpin dunia, para cendikiawan dunia, para pengkhobah hebat yang dikagumi, menjadi berkat  dan mencerahkan banyak orang, mereka telah membaca ribuan buku.

Jenis Buku

Jenis buku secara garis besar dibagi dua, yaitu buku fiksi dan buku nonfiksi:

Buku fiksi

berisi narasi-narasi fiktif, artinya isinya dikarang oleh penulisnya, tidak ada peristiwa  yang benar-benar terjadi. Contoh buku fiksi misalnya buku-buku novel karya Sutan Takdir Alisyahbana seperti Layar Terkembang (1936) dan Dian yang Tak Kunjung Padam (1932), Harry Potter karya J.K. Rowling, The Lord of The Rings karya J.R.R. Tolkien, The Davinci Code karya Dan Brown. Novel The Davinci Code sebuah novel detektif yang sangat kontroversial karena ulasannya seolah-olah buku rohani Kristen, namun banyak ketidakteraturan ilmiah dan kesalahan historis.

Buku Nonfiksi

Jenis kedua adalah buku-buku nonfiksi atau buku-buku yang ditulis berdasarkan kenyataan, ada faktanya, dapat dibuktikan dengan jelas kebenarannya, dan dapat dipercaya. Buku nonfiksi ada beberapa jenis, yaitu buku biografi yang menceritakan kisah hidup atau pengalaman seseorang, buku motivasi yang berisi kajian psikologis untuk membangkitkan semangat atau gairah bagi para pembacanya, buku literatur dan buku pendamping.

Buku Literatur

Khusus buku literatur pada garis besarnya, menurut Sistem Klasifikasi Dewey (Dewey Decimal Classification) yang disusun oleh Melvin Dewey, seorang pustakawan dari Amerika Serikat, terdiri dari Buku Umum, Buku Filsafat dan Psikologi, Buku Agama, Buku Ilmu-ilmu Sosial, Buku mengenai Bahasa, Buku mengenai Teknologi, Buku mengenai Seni dan Rekreasi, buku mengenai Literatur dan Sastra, dan Buku Sejarah dan Geografi (https//ilmu pendidikan.net).

Jenis buku dalam klasifikasi Agama termasuk buku rohani Kristen berbagai jenis seperti Teologi Kristen, Pendidikan Kristen, dan buku Dogmatika Kristen, Etika Kristen, dan Filsafat Agama Kristen. Adapun buku pendamping adalah buku-buku yang berfungsi sebagai pendamping buku utama, yang sifatnya untuk memperkaya wawasan dari buku utama. Semua jenis buku tersebut di atas sangat bermanfaat untuk memperluas atau memperdalam atau mempertinggi wawasan pengetahuan dalam bidangnya masing-masing.

Seorang pengkhotbah terkenal di Indonesia pernah berkata bahwa ia telah membaca lebih dari 5000 buku dalam berbagai jenis dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris. Dia telah membaca berbagai buku filsafat seperti: The Phenomenology of Spirit karya Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Dalam buku ini para pembaca akan menyelami berbagai pemikiran Hegel tentang metafisika, epistemologi, agama, sampai konsep dialektikanya yang terkenal rumit. Buku filsafat René Descartes, filosuf Francis abat ke-17 yang berjudul Meditations of First Philosophy, berisi jurnal enam perenungan pemikiran René Descartes. Dia membuang berbagai kepercayaan pada segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan kepastian absolut. Dari perenungannya, Descartes menghasilkan sebuah tesis cogito ergo sum yang artinya “aku berpikir maka aku ada.”

Hubungan Orang dan Buku

Asumsi sementara saya adalah sebagai berikut:

Buku dan Lupa

Pertama, Untuk menjadi seorang yang berkualitas tinggi dalam berkhotbah, dalam mengajar, dalam berceramah, dan lain-lainnya, maka yang bersangkutan harus banyak membaca buku, paling tidak buku-buku yang berhubungan erat dengan bidang tugasnya, memahaminya dan mengingatnya. Banyak membaca tetapi banyak dilupakan tidak akan membuat seseorang berkualitas tinggi.

Buku dan Linguistik

Kedua, untuk menjadi seorang yang berkualitas tinggi dalam bidang tugasnya, maka ia harus memiliki kecerdasan linguistik yang cukup tinggi sehingga mampu membaca buku-buku dalam bahasa lainnya, terutama Bahasa Inggris yang merupakan bahasa ilmu pengetahuan.

Buku dan Pengayaan

ketiga, untuk menjadi seorang yang berkualitas tinggi dalam bidang tugasnya, maka ia harus memiliki kemauan keras untuk “mengisi kepalanya” dengan berbagai ilmu pengetahuan di bidangnya, dan juga ilmu pengetahuan lain yang relevan yang akan berfungsi sebagai pengayaan (enrichment).

Buku dan Belajar

Untuk menjadi seorang yang berkualitas tinggi dalam bidang tugasnya, maka ia harus memiliki kesadaran dan ketekunan dalam belajar, serta disiplin dalam mengatur waktu. Efesus 5:15-16 berkata: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”

Tingkat Literasi

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Program for International Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau termasiuk 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi terendah (http//perpustakaan.kemendagri.go.id). Ini mengindikasikan bahwa minat baca orang Indonesia masih sangat kurang. Kurang membaca berimbas pada kurangnya perbendaharaan ilmu pengetahuan. Akibatnya adalah kurangnya orang Indonesia berkualitas tinggi. Diharapkan ada kesadaran orang Indonesia, khusus para pengkhotbah, guru, dosen, untuk meningkatkan literasinya agar memiliki kualitas yang tinggi dalam pelayanannya. Kualitas tinggi itu dicapai melalui penampilan yang berwibawa, materinya jelas, penyajiannya dapat dimengerti, dan mampu menciptakan situasi yang menyenangkan.

Bukan Koleksi libro!

Doctus Cum Libro”, bukan berarti kita mengumpulkan buku sebanyak-banyaknya lalu otomatis menjadi pandai. Bukan! Buku dibaca sampai selesai, dicatat inti-inti pentingya, diingat, dihafal sehingga semakin banyak buku yang dibaca, diharapkan semakin banyak perbendaharaan pengetahuan yang dikuasainya. Orang pandai itu pengetahuannya banyak, keterampilannya tinggi. Dia dapat mengatasi dan merekayasa situasi yang buruk menjadi menyenangkan, dapat memberi solusi bagi berbagai problema sulit, selalu ada jalan keluar yang baik bagi semua persoalan. Orang pandai atau cerdas itu memiliki paling tidak salah satu dari tiga indikator ini:

Indikator Pertama

Dia kaya berkelimpahan harta karena dia pandai mengelola bisnis pribadinya. Contohnya: Bill Gates, Jack Ma, Ciputra, Muchtar Riyadi, Liem Swie Liong,  Harry Tanu, dll.

Indikator Kedua

Orang itu memiliki gelar akademik yang tinggi (S1, S2, S3) atau memiliki jabatan fungsional dosen: Profesor. yang diperolehnya melalui proses pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; bukan dengan cara yang instan dan melawan hukum.

Indikator Ketiga

Orang pandai itu, meskipun ia tidak kaya raya, tidak memiliki gelar akademik tinggi, tetapi dia disukai oleh banyak orang; bersama dia, orang diberkati dan senang. Paling baik kalau orang memiliki ketiga-tiganya.

Kualitas Tinggi

Saya sering berkata bahwa orang yang pandai atau cerdas itu adalah orang yang berkualitas tinggi. Ada juga orang yang berkualitas tapi kualitasnya rendah. Kalau itu dianalogikan pada barang, maka kualitas rendah itu termasuk KW2 atau KW3. Saya katakan bahwa berkualitas itu pengetahuannya, keterampilannya “berkuali-kuali dan bertas-tas”.

Berkuali-kuali

Apakah maksudnya? “Berkuali-kuali” ibarat persediaan makanan yang banyak. Dengan demikian dia dapat memasak dan memberi makan sesuai dengan umur, keadaan dan kebutuhan orang yang akan memakannya. Bagi bayi dia beri susu. Bagi yang dewasa dia beri makan ayam goreng, capcay, rendang, dll. Bagi yang sudah tua atau tidak punya gigi yang utuh dia beri makanan lunak atau bubur. Dia tidak akan memberi rendang pedas kepada bayi. Dia tidak akan memberi ayam goreng keras kepada orang tua yang tidak punya gigi. Dengan demikian, orang yang diberi “makan” itu merasa enak dan senang.

Bertas-tas

“Bertas-tas” maksudnya pengetahuan dan keterampilan orang itu banyak, bertas-tas. Dia menguasai banyak ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dalam segala situasi dia berbicara bermakna, berisi, tepat dan sesuai teori ilmiah dan fakta. Mengatasi semua persoalan, dia dapat memberi solusi yang terbaik. Itulah situasi orang yang berkualitas tinggi. Banyak orang belum mencapai kualitas tinggi itu, dan memang tidak semua orang dapat mencapainya. Namun dalam kehidupan, kita semua berjuang untuk mencapainya. Ada usaha untuk memperolehnya. Bagi orang yang hidupnya “jual suara”: penyiar, penyanyi, penceramah, guru, dosen, pendeta, dll., jangan menyerah. Terus belajar. Kualitas dari makna dan isi suara itu yang bernilai tinggi. Semuanya itu diperoleh dari belajar, terutama melalui membaca buku.

Roh Kudus

Khusus bagi para pendeta, yang berkhotbah tidak ada kurikulum seperti pelajaran di sekolah, kualitas itu sangat tergantung pada kuasa Roh Kudus. Roh Kudus akan bekerja di atas pengetahuan yang dimiliki dengan memberi rhema sehingga makan tempat dalam hati umat dan mereka memperoleh berkat. Penerbit Kalam Hidup adalah penerbit Kristen pertama di Indonesia (1929). Penerbit pertama di kalangan Katolik adalah Penerbit Kanisius (1926). Kalam Hidup menerbitkan dan menyalurkan buku-buku Rohani Kristen yang bermutu tinggi yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pelayanan hamba-hamba Tuhan. Buku-buku tertentu kami memberikan diskon khusus. Tingkatkan literasi untuk mencapai kualitas tinggi.

Salam. F,Thomas Edison, Direktur Kalam Hidup.160229220552

 

Baca Juga : BUKU

Buku yang dapat menambah wawasan kita
Buku Rohani Kristen Kalam Hidup

 

 

Sampaikanlah Pendapatmu...
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

2 Comments

Leave a comment

Verified by MonsterInsights