
APOLOGETIKA KRISTEN PERLUKAH?
Iman Kristen Irasional
kalamhidup.com – Jawaban atas pertanyaan di atas (Apologetika Kristen perlukah?-red) tentu saja perlu dan penting. Mengapa? Alasannya karena serangan terhadap iman Kristen tidak pernah sepi dan terus terjadi di sepanjang sejarah kekristenan. Bahkan sejak kemunculan gereja di abad pertama masehi, serangan itu terus berlangsung hingga kini. Seperti gelombang lautan, serangan terhadap kekristenan datang silih berganti. Orang-orang bukan Kristen yang skeptis terus mempertanyakan mengenai pokok-pokok utama ajaran Kristen.
Mereka menganggap apa yang dipercayai oleh orang Kristen itu irasional dan banyak mengandung mitos. Ironisnya, serangan itu tidak saja datang dari kalangan bukan Kristen, melainkan juga datang dari dalam kekristenan itu sendiri. Tokoh dan teolog Jerman terkenal sekaliber Rudolf Bultmann adalah salah satu contoh dari banyak tokoh lainnya. Bultmann dengan demitologisasi-nya secara terang-terangan menyatakan bahwa Alkitab Perjanjian Baru banyak berisi mitos atau cerita dongeng.
Para penyerang iman Kristen umumnya menyasar pokok-pokok penting dari doktrin Kristen sebagai sasaran tembak. Diantaranya: eksistensi Allah, kekekalan jiwa, keabsahan Alkitab, Trinitas, kemanusiaan Yesus, keilahian Kristus, kebangkitan Kristus, dan banyak lagi lainnya. Setiap serangan tentu tidak boleh dibiarkan apalagi diabaikan karena berpotensi mendiskreditkan kekristenan.
Karena itu panggilan orang percaya adalah memberikan jawaban. Jawaban atas keberatan-keberatan yang paling kuat dan umum dengan argumentasi-argumentasi apologetis teologis yang dapat dipertanggung jawabkan.
Dasar Apologetika Kristen
Pertama, Panggilan apologetika Kristen adalah menjawab semua isu miring yang sering dihembuskan dengan tujuan melemahkan iman Kristen. Panggilan itu dasarnya bertumpuh pada perintah Tuhan melalui firman-Nya yang secara eksplisit meminta setiap orang percaya untuk menjadi “apologet” kebenaran dalam segala situasi. 1 Petrus 3:15-16 mengatakan,
“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu”.
Kedua, Panggilan untuk membela dan memberi jawab atas semua serangan terhadap kekristenan memang harus dilakukan karena itu perintah Tuhan. Kata “memberi pertanggungan jawab” dalam ayat 1 Petrus 3:15-16 di atas adalah terjemahan dari kata “apologia” (bhs. Yunani) yang berarti “pembelaan dengan cara yang rasional”. Dalam pengertian praktis ini berarti setiap orang Kristen sejatinya adalah pembela yang bertanggung jawab menjelaskan iman Kristennya ketika ada yang menggugat.
Perspektif yang Keliru Terhadap Apologetika
Namun sangat disayangkan, ketika mendengar kata “apologetika” banyak orang langsung alergi dan mengaitkannya dengan perdebatan yang bersifat intelektual dan rasional. Mereka menganggap berapologetika itu merupakan sesuatu yang “berat” dan itu adalah domainnya para pendeta atau orang-orang pintar yang telah belajar teologi dan filsafat.
Selain itu, banyak juga yang beranggapan bahwa apologetika itu tidak relevan bagi pertumbuhan rohani dan iman yang sehat. Mereka mengemukakan beberapa alasan sebagai dasar menolak kegiatan apologetika, antara lain:
Pertama, apolgetika dianggap hanyalah perdebatan atau perang argumentasi yang ujungnya hanya memuaskan akal dan tidak jarang berakhir dengan ketidakpuasan, karena itu mereka mengambil sikap lebih baik menolak atau menghindarinya.
Kedua, apologetika dianggap sebagai kegiatan yang memerlukan kemampuan dan kecakapan khusus. Bagi kebanyakan orang apalogetika terdengar sulit, sangat rasional dan intelektual sehingga hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu saja.
Ketiga, apologetika itu terlalu teoritis ketimbang praktis. Menurut mereka paktik lebih penting daripada teori abstrak yang tidak berhubungan dengan kehidupan iman yang konkrit.
Tentu beberapa sudut pandang seperti di atas menjadi alasan subjektif sehingga tidak mengherankan jika ada banyak orang Kristen yang enggan atau alergi terhadap metode pembelaan iman Kristen melalui pendekatan apologetis. Semua bentuk keberatan di atas memang bisa dimengerti, karena itu cara terbaik adalah memberikan penyadaran dan edukasi agar setiap orang percaya mengerti dan paham bahwa berapologetika adalah bagian tak terpisahkan dari panggilan dan kesaksian hidup seorang Kristen.
Pengertian Apolgetika Kristen
Pengertian apologetika Kristen merujuk teks Alkitab dalam 1 Petrus 3:15-16. Frasa “memberi pertanggungan jawab” pada bagian Alkitab ini, adalah terjemahan dari kata Yunani “apologia” yang berarti “pembelaan atau jawaban”. Pada dasarnya apologia adalah berbicara untuk mempertahankan atau memberi jawaban.
Sedangkan apologetika adalah studi yang memelajari bagaimana agar dapat memertahankan dan memberi jawaban yang memadai. Dari penjelasan ini, dapat dikatakan bahwa apologetika Kristen dapat diartikan sebagai suatu studi yang memperlengkapi orang Kristen sehingga mampu memberi jawaban atau penjelasan yang memadai mengenai iman mereka di dalam Kristus. Konkritnya apologetika Kristen adalah menjelaskan apa yang orang Kristen percayai dan mengapa mereka percaya.
Metode Apologetika Kristen
Urgensi dari apalogetika Kristen adalah menyajikan pembelaan yang masuk akal tentang iman dan kebenaran Kristen kepada orang-orang yang tidak setuju, itulah sebabnya apologetika Kristen menjadi aspek yang penting dari kehidupan Kristen yang sehat. Semua orang percaya diperintakan untuk siap dan memperlengkapi diri untuk memberitakan Injil dan memertahankan iman Kristennya ( Matius 28:18-20; 1 Petrus 3:15).
Namun dalam praktiknya, dan ini perlu digarisbawahi adalah, siapa pun yang terlibat dalam usaha dan praktik pembelaan iman Kristen, ia wajib memerhatikan metode atau cara yang dianjurkan Alkitab yakni, harus dilakukan dengan “lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni” (band. 1 Petrus 3:15-16). Dan satu hal penting yang perlu diingat adalah yang kita lawan (debat) bukanlah orangnya, melainkan hati, pikiran, dan ide-ide, serta ketidakpercayaannya.
Karena itu tujuan atau sasaran apologetika bukanlah mengalahkan orang melainkan menegakkan kebenaran. Jadi sebagai seorang yang beriman kepada Kristus, kita perlu memiliki pengetahuan dan informasi yang benar tentang apa yang kita imani, memiliki kesiapan dan kerinduan untuk membagi kebenaran yang kita percayai, dan selalu siap dengan jawaban yang memadai pada saat kita ditanya dengan pertanyaan tentang iman yang kita percayai.
Sarana Membekali Diri
Untuk menjadi seorang apologet Kristen yang baik idealnya adalah melengkapi diri melalui pendidikan formal di bidang teologi. Namun di era kemajuan teknologi informasi dewasa ini, ada banyak kemudahan yang bisa ditempuh untuk memeroleh pengetahuan secara mandiri atau otodidak. Salah satunya adalah buku. Buku mudah di dapat untuk menjadi bahan pembelajaran menemukan referensi yang dibutuhkan.
Kalam Hidup sebagai penerbit buku rohani terkemuka dengan motto,“Dengan membaca pengetahuan bertambah dan iman bertumbuh” telah menerbitkan dua jilid buku pegangan khusus untuk melengkapi pengetahuan dibidang apologetika, yang berjudul: PEDOMAN APOLOGETIKA KRISTEN (jilid 1 dan 2) karangan Peter Kreeft & Ronald K. Tacelli.
Kedua buku rohani ini menyanjikan ratusan jawaban terhadap keberatan dan pertanyaan-pertanyaan penting yang kerap diajukan menyerang kekristenan, antara lain Apakah: Iman dan akal budi bertentangan? Allah itu ada? Alkitab itu hanya cerita mitos? Benar Yesus sudah bangkit dari kematian? Kekristenan satu-satunya agama yang benar?
Penulis buku ini memberi garansi bahwa kedua buku ini bukanlah buku sulit seperti kebanyakan buku apologetika modern yang menggunakan uraian rumit dan panjang lebar sehingga sepuluh pokok bisa dibahas dalam lima puluh halaman. Namun, kedua buku ini berbeda karena menurut penulisnya, lima puluh pokok cukup dibahas dalam sepuluh halaman tanpa mengurangi bobot kajiannya.
Dengan gaya penulisan yang masuk akal, singkat, cerdas, dan bijaksana, Peter Kreeft dan Ronald Tacelli, telah menulis suatu penuntun yang sangat informatif dan berharga bagi setiap orang yang sedang mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau serangan terhadap iman Kristen. Bagi Anda yang ingin menyiapkan diri untuk menjadi pembela dan “mempertanggung jawabkan” iman Kristen, kedua buku rohani ini kami rekomendasikan menjadi sumber yang Anda butuhkan.
Yupiter Sepaya
Terkait
Trackbacks and pingbacks
No trackback or pingback available for this article.
Leave a reply